VIVAnews - Kementerian Keuangan memperkirakan sentimen negatif pasar keuangan global akibat penurunan peringkat surat utang Amerika Serikat dari AAA menjadi AA+ bakal menguntungkan negara berkembang, termasuk Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Bambang Brodjonegoro, usai Rapat Koordinasi ASEAN Fair di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin, 8 Agustus 2011.
Bambang mengatakan, keputusan lembaga pemeringkat internasional, Standard & Poor's menurunkan peringkat utang AS memang diprediksi menjadi sentimen negatif pada pergerakan bursa global maupun regional.
Namun, Kemenkeu meyakini penurunan rating AS juga berpotensi untuk memberikan keuntungan bagi negara-negara berkembang. Alasannya, para investor akan mencari tempat investasi baru yang dianggap lebih menguntungkan.
"Ada kemungkinan capital inflows-nya naik. Dana-dana itu mungkin mencari save heaven, bisa di komoditas atau bisa emerging market," ungkap Bambang.
Dalam jangka panjang, kata Bambang, pertumbuhan ekonomi AS memang diprediksi terganggu. Namun gangguan ekonomi AS tersebut diyakini tidak akan berdampak besar pada perekonomian Indonesia.
Kendati mengganggu kinerja ekspor, pemerintah yakin hal itu tidak akan terlalu berpengaruh besar. Sebab, selama ini kegiatan ekspor dari Indonesia ke negara Paman Sam tersebut terbilang kecil dibandingkan dengan perdagangan ke sejumlah negara Asia Timur.
"Pasti ada dampaknya, tapi kan minimal," kata Bambang.
Bambang menjelaskan, neraca perdagangan Indonesia dan Amerika yang semakin menipis beberapa bulan terakhir ini dinilai bukan sebuah penurunan ekspor. Kondisi itu lebih karena penguatan nilai tukar rupiah yang membuat pertumbuhan impor lebih tinggi dibandingkan ekspor.
Dia menambahkan, Indonesia sebagai anggota kelompok negara 20 atau G20 telah menyatakan komitmennya untuk menjaga agar ekonomi global tidak terganggu. "Pokoknya menjaga ekonomi global, G20 berkomitmen untuk menjaga ekonomi global," ujarnya.
Negara-negara G20 juga mengapresiasi langkah-langkah yang ditempuh oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk menyelamatkan perekonomiannya. "Pokoknya begini, G20 ingin menghindari kepanikan pasar global," kata dia.
Seperti diketahui, bursa saham Asia pada hari ini dibuka melemah karena investor masih khawatir tentang penurunan surat utang AS dan kemungkinan munculnya resesi ekonomi AS.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 melemah 1,3 persen menjadi 9.158,42, sedangkan indeks Topix melemah 1,5 persen menjadi 788,89. Bursa saham Australia, indeks S&P/ASX 200 turun 90 poin ke level 4.017,3, setelah Jumat lalu melemah empat persen.
Indeks saham Selandia Baru turun tiga persen di posisi 3.176,7, setelah sempat mencapai level terendah di posisi 3.160,8. Sementara itu, di Korea Selatan, indeks Kospi terkoreksi 1,5 persen menjadi 1.913,48. (art)
sumber : VIVAnew
Home » Ekonomi » Bisnis Korporat Industri Finansial Market Data Krisis AS Bisa Untungkan Indonesia
Bisnis Korporat Industri Finansial Market Data Krisis AS Bisa Untungkan Indonesia
Diposting oleh Ardie on Minggu, 07 Agustus 2011
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar